Welcome to our Blog. Any news, discovery, Sains can u find on this Blog. your comment make me so proud. So, what are u waiting for ?. Thanks ^_^
Share |

Jumat, 30 Juli 2010

7 Istana Kepresidenan di INDONESIA

1. Bina Graha (Jakarta)


Bina Graha

Bina Graha adalah gedung kepresidenan yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang diprakarsai oleh Ibnu Sutowo, Direktur Pertamina pada masa "Oil Boom" yakni devisa negara yang meningkat karena kenaikan harga minyak dunia akibat embargo minyak atas prakarsa Raja Faisal bin Abdul Aziz sebagai reaksi atas intervensi Amerika Serikat pada Perang Arab-Israel 1973 (Perang Yom Kippur) sehingga penerimaan atas hasil ekspor Minyak bumi meningkat. Menggunakan arsitektur modern dengan interior tradisional dengan perabot berukiran jepara.
Gedung ini digunakan oleh Presiden Soeharto sebagai ruang kerja kepresidenan yang selanjutnya digunakan oleh Presiden B.J.Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid. Letaknya di Jalan Veteran no 17. Saat itu Istana Negara dan Istana Merdeka digunakan untuk upacara-upacara kenegaraan, pelantikan, penerimaan duta besar negara sahabat serta hal-hal yang bersifat seremonial kenegaraan lainnya. Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, gedung ini digunakan sebagai museum.
Selanjutnya gedung ini digunakan sebagai kantor Wakil Presiden Jusuf Kalla selain di Istana Wakil Presiden Republik Indonesia di Jalan Merdeka Selatan.
Gedung berlantai II Bina Graha dibangun pada masa pemerintahan Soeharto. Direktur Utama PT Pertamina Ibnu Sutowo adalah orang yang menggagas pembangunannya. Pembangunan gedung seluas 2.955,30 meter persegi itu dimulai pada tahun 1969 dan selesai tahun 1970. Kaca jendela gedung itu tebal, antipeluru.
Letak Bina Graha (Jalan Veteran 17) di sebelah timur Istana Negara menghadap Sungai Ciliwung. Gedung ini salah satu dari beberapa gedung di halaman Istana Kepresidenan Jakarta. Gedung lain adalah Istana Merdeka (menghadap Monas), Wisma Negara, dan Masjid Baiturrahim. Wartawan peliput unjuk rasa yang sering terjadi di depan Istana Merdeka sering menyebut Istana Negara.
Pada masa pemerintahan Belanda, wilayah tempat Istana Kepresidenan berdiri bernama Rijswijk, wilayah yang meriah, tempat tinggal orang Eropa. Pada masa itu, keluarga direktur jenderal kerajaan urusan keuangan dan tanah bertempat tinggal di tempat itu. Keluarga itu lalu menjual rumahnya kepada Raffles. Tetapi, Raffles tidak menempatinya. Rumah itu terkenal dengan nama Raffles House. Tahun 1846, rumah besar itu menjadi Hotel der Nederlanden. Tahun 1950-an menjadi Hotel Dharma Nirmala.
Oleh Presiden Soekarno, tempat itu dijadikan Markas Cakrabirawa, pasukan elite pengawal presiden yang kebanyakan unsurnya dari Brigade Mobil. Tahun 1969, Ibnu Sutowo mengubah tempat itu menjadi Bina Graha. Hampir 30 tahun Soeharto berkantor di tempat itu.
Presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menggunakan gedung itu sebagai kantor kepresidenan. Gus Dur membuat bagian belakang gedung ini sebagai kantor biro pers dan tempat jumpa pers. Juru bicara kepresidenan, seperti Wimar Witoelar, Yahya Staquf, dan Adhie Massardhie, berkantor di tempat itu.
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, gedung itu dijadikan museum dan sanggar seni. Sekitar 2.000 lukisan, patung, dan barang seni berharga disimpan di tempat itu. Lukisan para maestro Indonesia dan luar negeri disimpan di tempat itu, seperti karya Affandi, Dullah, Sudjojono, R Bonet, dan Theo MeierWalter Spies. Lukisan berjudul ”Kehidupan di Sekitar Borobudur Abad Ke-9” karya Walter Spies (pelukis asal Jerman) bernilai sekitar Rp 9 miliar. Itu menurut Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni Istana Adek Wahyuni, lulusan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI Yogyakarta.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bina Graha juga pernah dijadikan museum dan tempat sanggar seni, serta kantor Penasihat Khusus Presiden dan Juru Bicara Kepresidenan, seperti Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal. Ketika menjadi salah satu staf khusus presiden, Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid juga berkantor di tempat itu.
Saat ini barang-barang seni sedang diangkut dari Istana Kepresidenan ke beberapa tempat lain, seperti Gedung Agung Yogyakarta, Istana Bogor, dan Istana Cipanas. ”Kalau tidak hati-hati memindahkan, lukisan para maestro Indonesia dan luar negeri itu bisa rusak,”


2.Istana Bogor (Bogor, Jawa Barat)


Nama : Istana Bogor
Lokasi :Bogor, Jawa Barat
Deskripsi:
Wajah Istana Bogor sekarang ini agaknya tidak banyak berbeda dari ketika dibangun kembali tahun 1850. Kompleks istana yang 24 hektar ini halamannya ditumbuhi oleh kira-kira 100 pohon besar, sebagian setua bangunan itu, dan ada pula yang lebih tua lagi. Di padang rumputnya yang membentang luas tampak berkeliaran rusa-rusa yang jumlahnya sekitar 200 ekor, berasal dari enam pasang rusa adri Asia Daratan yang mula-mula didatangkan di istana tersebut pada tahun 1811. Rusa-rusa yang jinak itu menciptakan suasana santai, serasi benar dengan angsa-angsa yang sering berkecimpung dalam kolam-kolam di belakang dan depan istana yang penuh ditumbuhi bunga teratai. Gedung megah yang seakan-akan terbenam ditengah-tengah kehijauan tropis ini memang tepat untuk tempat mengungsi dari udara panas dan kesibukan kota Jakarta. Tidak heran kalau tanah itu telah dipilih oleh Gubernur Jenderal Belanda G.W. Baron van Imhoff untuk tempat mendirikan pesanggrahannya pada tahun 1745.

Walaupaun sejak awal abad 18 kota Batavia (Jakarta) mulai berkembang menjadi daerah yang indah untuk tempat tinggal, tetapi hawa Batavia agaknya selalu panas bagi orang Belanda. Sejak itu banyak diantara mereka mencari tempat-tempat peristirahatan di luar kota yang hawanya lebih sejuk, seperti yang dilakukan van Imhoff mendirikan pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg (san souci, tanpa urusan). Nama Buitenzorg kemudian dipakai untuk menyebut perkampungan yang ada disekitarnya.

Pada waktu mulai dibangun, rancangan bentuknya bukanlah seperti Istana Bogor yang kita kenal sekarang. Van Imhoff membuat sketsa bangunan itu dengan mengambil model Istana Blenheim, tempat kediaman Duke of Marlborgh dekat kota Oxford, di Inggris. Ia rajin membangunnya, tetapi sampai ia diganti pada tahun 1750, bangunan itu masih jauh dari selesai. Malahan pembrontakan rakyat Banten antara tahun 1750-1752, mengakibatkan pesanggrahan van Imhoff menjadi korban. Pada tahun 1752 pasukan-pasukan Banten menyerang Kampoeng Baroe dan membakar semua yang dapat dimakan api. Rakyat Banten merasa dirugikan karena daerah Cisadane yang banyak memberikan hasil bumi telah diserahkan kepada Kompeni atau Ratu Syarifah, yang menguasai Kesultanan Banten pada waktu itu. Terjadilah pembrontakan di bawah pimpinan Kiai Tapa dan ratu bagus Buang, dua pahlawan yang bertempur dengan gagah berani melawan Kompeni tetapi akhirnya terpaksa kalah dan menyingkir kearah timur, perjanjian pada akhir perang tersebut menetapkan bahwa Kesultanan Banten menjadi rampasan Kompeni.

Akibat serangan pasukan-pasukan Banten, pesanggrahan di Butenzorg mengalami kerusakan sangat besar. Pengganti van Imhoff, Yacob Mossel, membangun kembali dengan tetap mempertahankan bentuknya yang semula, sebab seorang anggota Dewan Hindia menasehatkan agar bentuknya jangan dirubah mengingat bangunan Buitenzorg adalah replica dari istana Blenheim.












3. Istana Cipanas (Bogor, Jawa Barat)


Nama: Istana Cipanas
Lokasi: Bogor, Jawa Barat
Deskripsi :
Istana cipanas mempunyai cerita lain lagi, seperti pesanggrahan di Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai oleh van Imhoff. Tetapi karena beaya yang tersedia tidak mencukupi, maka pembangunannya terhenti ditengah jalan. Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana itu diselesaikan. Yang diketahui hanyalah bahwa pembelian tanah dilakukan pada tahun 1740.
(sumber:Istana Presiden Indonesia, penerbit: Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta-1979 )
Dari keenam istana Presiden, ternyata yang kurang dibekali dengan kisah-kisah perjuangan bangsa Indonesia dari dulu sampai sekarang adalah Istana Cipanas. Letaknya yang terpncil di daerah kaki gunung Gede itu memang tidak memungkinkannya menjadi pusat kegiatan politik/pemerintahan atau bahkan menjadi tempat tinggal yang tetap.

Waktu empat itu diketemukan van Imhoff, disebutkan bahwa jaraknya 24 pal dari Buitenzorg. Dengan kereta kuda, jarak dai Batavia ke Buitenzorg saja sudah memakan waktu setengah hari. Apalagi ke Cipanas yang letanya lebih ke atas lagi, melewati daerah puncak. Dan kereta-api Batavia-Buitenzorg baru mulai menjalankan dinasnya pada tahun 1864. Sebelum itu orang bepergian dengan berkendaaan kuda atau kereta kuda.

Sejak mula, bangunan yang tidak megah dan sebagian besar terbuat dari papan dan itu ditemukan mata air panas yang mengandung mineral.

Seperti pesanggrahan di Bogor, pembangunan gedung itu juga diprakarsai oleh van Imhoff. Ketika itu sedang mengadakan perjalanan turne, ia mendapat laporan dari penduduk yang menyebutkan bahwa terdapat sumber air panas di suatu tempat di Cipanas. Contoh air yang khabarnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit itu kemudian dibawa ke Batavia. Setelah diketahui bawa air panas itu memang mengandung zat belerang dan besi, dan dapat menyembuhkan penderita-penderita yang sulit disembhkan di Batavia, maka van Imhoff memutuskan untuk membangun sebuah gedung kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut.Pembangunan kemudian terhenti di tengah jalan karena beayanya lebih tinggi dari yang disediakan. Kurang diketahui oleh siapa, kapan dan bagaimana istana itu diselesaikan, tetapi menurut catatan, pemblian tanah dilakukan pada tahun 1740.

Pada jaman Kompeni, gedung kesehatan ini dapat menampung kira-kira 30 anggota militer yang memerlukan perawatan dan dapat memanfaatkan sumber air mineral dan udara pegunungan yang dingin dan bersih. Alamnya yang luas, lingkungannya yang ditmbuhi pohon-pohon yang tinggi besar an penuh daun-daunan, mata air yang hangat bersuhu 43 derajat Celcius dan mengandung mineral, udara yang sejuk yang dapat turun sampai di bawah 10 derajat Celcius – semuanya itu membuat Cipanas menjadi tempat persinggahan yang akan tetap dkenang. Akhirnya para Gubernur Jenderal menggunakan tempat itu sebagai tempat istirahat. Bangunan istana yang tidak begitu nyata kelihatan dari jalan itu makin lama makin diperbaiki dan diperbesar. Malahan beberapa pembesar menjadikan istana Cipanas sebagai tempat tinggal keluarga.

Misalnya Thomas Stamford Raffles, seperti juga Daendels, pada masa dinasnya menempatkan beberapa ratus orang ditempat itu. Sebagian bekerja dikebun apel atau kebun bunga, sebagian bekerja di pabrik penggilingan padi , sebagian lagi mengerjakan peternakan sapi, biri-biri dan kuda. Belum lagi orang-orang yang dipekerjakan untuk mengurus rumah tangga istana dan halamannya. Untuk merka khusus dibangun perkampungan yang tidak jauh dari gedung induk.

Juga Komisaris Jenderal Leonard Pieter Josef du Bus de Gisignies senang mandi air belerang yang dipakai sebagai obat lelah karena kehidupannya yang berat. Sekretarisnya, Willem van Hogendrop,menulis kepada ayahnya di Holland:
“orang tidur disini dengan selimut wol an menggigil tiap pagi karena kedinginan. Tetapi disini kami mempunyai mata air panas berbeerang yang berlimpah-limpah, yang sangat menyenangkan dan yang memanaskan keliling kami. Sumber airnya dipanaskan di bagian dalam dinding-dinding gunung Gede, yang sekali-sekali mengeluarkan asap dengan batu-batu lava kecil-kecil ……..”.

Seperti waktu jaman penjajahan, peranan istana Cipanas setelah masa kemerdekaan tidaklah besar. Peranannya dalam sejarah perjuangan bangsa pun tidak sebesar istana-istana Presiden lainnya. Ada juga beberapa kisah yang menarik di tinjau dari sejarah. Ruang makan di gedung induk pernah di pakai sidang oleh Presiden Soekarno yang hasilnya menetapkan perubahan nilai uang dari Rp. 1000,- menjadi Rp. 1,-. Ini terjadi pada tahun 1965, pada waktu Frans Seda menjabat Menteri Keuangan.

Gedung Bentol bukannya satu-satunya bangunan yang ada dihalaman istana Cipanas yang luasnya 25 hektar itu. Selain gedung induk seluas 900 m2, terdapat 22 bangunan lainnya yang seluruhnya kalau dijumlah mencapai luas 5850 m2, sebagian dipakai untuk kantor, sebagian lagi untuk tempat-tempat penginapan.

Presiden Soeharto dan keluarga sekali-sekali singgah di istana Cipanas Untuk mandi belerang dan menggunakan paviliyun di belakang istana yang khusus tersedia untuk kepala Negara dan keluarga.

Pada waktu ini gedung istana Cipanas jarang dipakai, tetapi tetap dirawat dengan baik. Karena perbaikan-perbaikannya diadakan secara berkala, maka keadaanya masih seperti waktu pertama dibangun. Arsitekturnya mempunyai ciri yang khas, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Segi lainnya yang juga menarik adalah koleksi lukisan yang ada disana yang berjumlah sekitar 300 buah.

Walupun jarang dipakai, tetapi sekali-kali dipakai juga sebagai tempat singgah, seperti yang dilakukan oleh Ratu Yuliana sewaktu berkunjung ke Indonesia tahun 1971.







4. Istana Merdeka (Jakarta)


Nama :Istana Merdeka
Lokasi :Jakarta
Deskripsi :

Dari enam istana Presiden Republik Indonesia, hanya satu yang paling banyak disebut-sebut sebagai pusat pucuk pimpinan pemerintah di Indonesia: Istana Merdeka. Istana ini bukan yang tertua atau terbagus. Istana Negara lebih dahulu dibangun, malahan terletak di satu halaman dengan Istana Merdeka. Istana Bogor mempunyai sejarah yang lebih panjang serta bangunan yang lebih megah. Sedangkan Istana Yogyakarta mempunyai peranan yang paling besar dalam revolusi nasional Bangsa Indonesia ketika menegakkan kemerdekaan antara tahun 1945-1949.

Namun demikian Istana Merdeka selalu diingat karena dikenal sebagai tempat kediaman resmi Presiden, serta kareana peranannya sebagai pusat upacara-upacara kenegaraan. Tetapi disamping itu Istana Merdeka agaknya mendapat tempat yang lebih khusus dalam hati rakyat Indonesia karena namanya Merdeka. Nama ini bukanlah sekedar nama, tetapi mempunyai perlambang sejarah kemenangan perjuangan bangsa. Namun itu juga berlatar belakang pada satu peristiwa bersejarah yang menandai berakhirnya penjajahan di bumi Indonesia sendiri yang berdaulat penuh di istana tersebut.

Peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia dan Istana Merdeka itu terjadi pada tanggal 27 Desember 1949. Pada waktu yang bersamaan di Amsterdam, Jakarta dan Yogyakarta dilakukan serangkaian upacara penting: pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Kerajaan Belanda, Acara yangbermula di Troonzaal (Ruangan Takhta) di Amsterdam diakhiri dengan suatu upacara khusus di halaman depan Istana Merdeka Jakarta, yang waktu itu masih dinamakan Istana Gambir.








  

  #3

5.Istana Negara (Jakarta)


Nama : Istana Negara
Lokasi : Jakarta
Deskripsi :

ISTANA NEGARA
Indonesia yang luas, dengan sejarah masa lampau yang panjang dan beragam, mempunyai ratusan istana yang tersebar di seluruh penjuru, yang dahulunya dihuni oleh raja-raja yang pernah berkuasa di daerah-daerah itu. Tetapi hanya ada 6 (enam) istana yang dapat disebut sebagai istana Presiden. Enam istana itulah yang menjadi saksi gejolak perjuangan bangsa Indonesia dari masa kemasa, masing masing dengan kisahnya yang bercorak tersendiri.
Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan untuk rakyat Indonesia, baik di jaman Belanda, Inggris, Jepang maupun setelah kemerdekaan.
Istana Negara, yang usianya sekitar tiga perempat abad lebih tua dari istana Merdeka, mula-mula tempat kediaman pribadi seorang warganegara Belanda biasa. Sejak tahun 1816 gedung itu memainkan peranan sebagai istana para pembesar tertinggi Hindia Belanda, yakni setelah Komisaris Jenderal Belanda G.A.G.P. Baron van der Capellen memilih gedung itu sebagai tempat kediamannya.
Gedung Istana Negara semula terkenal dengan sebutan “Hotel Gubernur Jenderal” karena digunakan sebagai penginapan di samping sekaligus menampung sebagian dari kesibukan Sekretariat Umum pemerintah Belanda. Tetapi dalam perjalanan masa, bangunan itu dirasa kurang mencukupi, sehingga didirikanlah gedung baru di pekarangan belakangnya yang menghadap ke Koningsplein (sekarang Medan Merdeka). Gedung yang selesai pembangunannya tahun 1879 ini sekarang dikenal sebagai Istana Merdeka. Dengan hapusnya penjajahan dari bui Indonesia, kedua istana itupun menjadi milik bangsa Indonesia dan menjadi pusat upacara-upacara kenegaraan yang menyangkut kehidupan Negara Indonesia.








6. Istana Tampaksiring (Tampaksiring, Bali)


Nama : Istana Tampaksiring
Lokasi : Tampaksiring, Bali
Deskripsi :

Nama Tampaksiring diambil dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu tampak (yang bermakna 'telapak ') dan siring (yang bermakna 'miring'). Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas telapak kaki seorang Raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Sebagai akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan balatentaranya untuk menghacurkannya. Namun, Mayadenawa berlari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap agar para pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu adalah jejak manusia, yaitu jejak Mayadenawa.
Usaha Mayadenawa gagal. Akhirnya ia ditangkap oleh para pengejarnya. Namun, sebelum itu, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air beracun yang menyebabkan banyak kematian bagi para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air ciptannya itu. Batara Indra pun menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut. Air Penawar racun itu diberi nama Tirta Empul (yang bermakna 'airsuci'). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa denagn berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah wilayah ini dikenal dengan nama Tampaksiring.
Menurut riwayatnya, disalah satu sudut kawasan Istana Tampaksiring, menghadap kolam Tirta Empul di kaki bukit, dulu pernah ada bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar. Di atas lahan itulah sekarang berdiri Wisma Merdeka , yaitu bagian dari Istana Tampaksiring yang pertama kali dibangun.
Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Presiden I Republik Indonesia, Soekarno, sehingga dapat dikatakan Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya istana yang dibangun pada masa pemerintahan Indonesia.
Pembangunan istana dimulai taun 1957 hingga tahun 1960. Namun, dalam rangka menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambahkan bangunan baru berikut fasilitas - fasilitasnya, yaitu gedung untuk Konferensi dan untuk resepsi. Selain itu, istana juga merenovasi Balai Wantilan sebagai gedung pagelaran kesenian.
Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun secara bertahap. Arsiteknya ialah R.M Soedarsono. Yang pertama kali dibangun adalah Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira, yakni pada tahun 1957. Pembangunan berikutnya dilaksanakan tahun 1958, dan semua bangunan selesai pada tahun 1963. Selanjutnya, untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru untuk Konferensi beserta fasilitas-fasilitasnya dan merenovasi Balai Wantilan. Kini Tampaksiring juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.
Sejak dirancangnya / direncanakan, pembangunan Istana Kepresidenan Tampaksiring difungsikan untuk tempat peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga dan bagi tamu-tamu negara. Usai pembangunan istana ini, yang pertama berkunjung dan bermalam di istana adalah pemrakarsanya, yaitu Presiden Soekarno. Tamu Negara yang bertama kali menginap di istana ini ialah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, yang berkunjung ke Indonesia bersama permaisurinya, Ratu Sirikit (pada tahun 1957).
Menurut catatan, tamu-tamu negara yang pernah berkunjung ke Istana Kepresidenan Tampaksiring, antara lain adalah Presiden Ne Win dari Birma ( sekarang Myanmar), Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chi Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruchev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirihito dari Jepang.
(Istana Kepresidenan RI , 2004, Sekretariat Presiden RI)







 

 

7. Istana Yogyakarta (Yogyakarta, D.I. Yogyakarta)







0 komentar:

Posting Komentar